
Ridho yang Ridho Sendirian
Padahal, mulut ini sudah berteriak “bajingan!” di banyak durasi
Padahal, hati sudah kandas, rumpang dan terhenti
Namun menurut temanku, ternyata aku masih memiliki tugas satu lagi
Yaitu mengucap syukur karena masih banyak yang lebih sangsai

Jeda Begitu Sungkawa
Karena malam tidak bisa selalu berkutat
aku turut mengarak rindu lambat-lambat
Karena pagi tak bisa selalu bergelumat
ku simpan ketabahan yang amat menyayat

Takut Ramalan Tak Lagi Jitu
Kupangkas rindu berulang kali
tapi kau tetap ada di mimpi
datangiku tiap dini hari
Tergegau namamu kututur langsi

The King of My Crown
I am searching for you
in between abandoned cities
cheerless oceans
barren deserts
and uninhabited dreams

Tresna Pada Nama
Dari tempat pengembaraan yang begitu sepi dia menyahut
Dari rumah yang begitu rangak aku menyambut
Apakah pantas aku tresna
pada sebuah nama yang membuat gila

Jangan Ingat Aku Melalui Guruh
Andai waktu menerima suap
berhentikan semua giat
Bisakah maaf nanti disematkan saat ini?
Bisakah meminta gaung berhenti berbunyi?

Dimana Rumah
Rumah
Mencari rumah
Karena jalan tak selalu bertepi
Lagi lampu tak selalu menerangi
Bahkan sesat ini tak ada yang bersaksi

Asmara yang Cendera
bersamamu berbaring di atas puisi yang terlupakan
tergeletak di antara buku-buku braile yang berserakan
suara yang rindu, bertalu talu
…

Karena Rindu Selalu Sendiri
karena rindu selalu sendiri
semua tempat ibadah dia kunjungi
karena rindu selalu sendiri
seluruh ragam doa telah dia jalani

Karena Tahun Terus Terulang
Nrimo lan ridho
Ini karma yang harus dicumbu
Biar tamat gulir roda berhantu
Biar tak ulang musakat bintangku

Ucapkan Laknat Kepada Takdir
aku lelah dengan dunia
benci dengan mentari pagi
dan segala tetek bengeknya
…

Cinta Terlalu Dini
Sejahteramu masih berdiri
berdiri diantara pagi
pagi yang lupa akan mimpi
mimpi menebus wasiat sepi



Mendadak Rindu
Aku mendadak rindu
tentang petang, santap, dan helat yang lalu
atas malam di jalan yang berlampu
akan sosokmu di halte bus itu


Kepada Pencuri Malamku
Sudah kupinta semesta untuk beradu
Kurangkah purnama menjadi kalangmu?
Sudah kucium doa selamat petang
Belumkah dia mungkirkan mimpimu yang membangkang?

Pagi Tidak Bisa Sendiri
Matamu yang lunak menyerah
Ketika aku memanggilmu dengan penuh serah
Namamu, namamu, namamu laiknya madah
berdenting bermakna berperi berfalsafah

Selamat Pagi
selamat pagi
selamat bertekun hari ini
maafkan mendung yang menanti
aku pastikan tak ada hujan hari ini

Minta apa kau?
Memang tangis selalu datang tanpa akhlak
Tapi tanyakan!
Sudah sampai mana cinta itu mengadu?
Akankah kau hanya berakhir rindu?