Asmara yang Cendera
Aku hanya ingin bahagia
Menyambut hari di penghujung tebing bentala
Duduk memandangi mentari setelah memenangi semua perang dan pesta dunia
Bersamamu berbaring di atas puisi yang terlupakan
tergeletak di antara buku-buku braile yang berserakan
Suara yang rindu, bertalu talu
Meski boros berjejer waktu
akhirnya bersama menggugat haru
Melalui atap yg tertidur dan hati yang melantur
dendam dan durhaka akhirnya luntur
Terbangun di rumah penuh cinta
di sebelah asmara yang tidur dengan cendera
Tersadar bahwa hujan tidak pernah meratapi nasib
karena dia percaya akan mujur yang terselip dan takdir yang terkutip