
Aku Juga Tidak Ingin Mati
Janganlah kau panggil rindu
Jangan kau sertakan bisikan asmara yang menjajah namaku
Karena aku takut aku ingin kembali

Tuhan, Apakah Aku Sedang Berdoa Atau Berdosa?
Tuhan,
Apakah aku sedang berdoa atau berdosa?
sementara masih menjadi manusia
yang masih bercela?

Warna Kinantan Rembulan
Kusimpan janji diantara kuyupnya atap daun kelapa
Lalu turun duduk di dipan dengan meraba-raba
Karena kau telah menjahit cinta dibawah dikelopak mata

Bersama Bintang Matanya Duduk
Matanya duduk bersama bintang
Rupanya mereka tengah menantiku pulang
Bercakap cakap hingga petang
Menungguku yang tak kunjung datang

Aku Sudah Tahu Jalan Pulang
Aku sudah tahu jalan pulang
Namun mengapa masih membangkang?
Padahal hati sudah terpinang
hanya kepada satu layang-layang

Nyawa Kedaluwarsa
Luka yang kau buat akan selalu terbuka
Dan cinta yang kau maksud tak akan pernah terlaksana
Karena ketika nyawamu sudah kedaluwarsa
Kau hanya seonggok daging tak berarti yang tak bisa apa-apa

Anak Atau Hewan Ternak?
Melahirkan sesuatu tapi berharap menang banyak
Bila harapanmu tak terlaksana, “tidak berguna!” kau berteriak
Meminta cinta dia tak berhak
Menyisihkan waktu untuknya juga bukan hal mendesak

Warna Kuning yang Kau Suka
Kau bilang warna kuning penentu cuaca
Kau bilang warna kuning punya suara
namun mengapa
di bawah hujan aku tak mendengar apa-apa?

Masih Lagi dan Lagi
Tak mengapa kisah cintaku menjadi kudapan seantero raya
Karena hanya melalui matamu aku belajar mengenai rasi bintang yang bercahaya
Tak mengapa jiwaku terkoyak dilumat tajam belati
Karena ketika melukai orang yang kukasihi, ada bagian dariku pula yang ku sakiti.

A Spring Blooms In The Night
A Spring blooms in the night
with petunias blossom only for a sight
then falter no longer a delight
when you kiss my forehead without plight

Musim Semi di Malam Hari
Ada musim semi di malam hari
dengan bunga merekah hanya sekali
lalu gugur tak terbit lagi
ketika kau hantar sebuah kecup di dahi

Bisakah Kau Keluar Sebentar?
Bisakah kau keluar sebentar?
Aku ada di depan rumahmu
Habis sendu aku hanya melihat fotomu
Habis rindu dengan tautan tangan kita yang malu-malu

Belum Pernah
Belum pernah aku percaya pada dunia
Biar hujan turun dengan renjana
dan menawarkan anak-anaknya dengan manja
aku tak pernah keluar dan menari dengan tawa

Kalau Boleh
Kawan, biarkan aku nanti menyesali!
Itulah mata uang untuk sekarang menyelamatkan diri
Kubeli predikat anak durhaka dan manusia keji
untuk nanti kutukar dengan penyesalan sehari

Tawakal lah Selalu
Semoga kalian turut bersedih atas kehilanganku
Atas hilangnya pemegang cahaya syahdu
yang membisikkan sumpah dan menguapkan sanjungan palsu
Atas anak yatim piatu yang kelihatan berbapak ibu


Mimpi Mencari Bapak
Di sini aku begitu gulana
Di sini aku ingin menyusul saja
Tak tahan melihat cangkir kopimu yang masih terpajang
Tak kuat melihat sarungmu yang masih aku pegang

Terburu-buru Karena Rindu
Disebelah pernikahan yg tak berpenghulu
hati telah ditemarami sang lampu
Tapi laron tak kunjung datang berkunjung
Padahal kilat telah datang membawa kamera palsu

Mencarimu Begitu Sulit
Apabila cinta dan damba penentu, lalu apa yang kita tidak punya?
Waktu.
Waktu yang tepat, memisahkan.
Waktu yang tepat, menjodohkan.

Selamat Hari Ibu!
Selamat Hari Ibu!
Untuk wanita-wanita yang selalu ingin mengasihi tanpa batas
Meski terkadang dengan cara-cara yang tak pantas