Kupinta Tuhan semoga kau tidak akan pernah bahagia

di seratus kehidupan selanjutnya

“Mengapa tangis harus dibebankan kepada

orang yang ditinggalkan bukannya yang mengembara?"

Pagi sudah selesai kutangisi

tapi mengapa

aku masih merindukan cahaya 

dari mata yg tak berbalas?

Doaku akan selalu menyusuri

Meski selalu kau abai

Karena kenangan yang disesali

Adalah masa kini tanpa usaha tertinggi

Aku tetap teguh berdansa

Karena sejarahku akan terlupa juga

Seperti anjing jalanan yang disantap kutu dan dilupakan manusia

Panggil aku gerimis

Melihatmu parasmu dunia menjadi melarat

Limbung untuk mengosongkan lautan dan hutan-hutan

hanya untuk meredakan tangismu yang lantang

Miskin sudah dunia!

Denganmu, aku tamam hanya terlihat

meski kau buat malam-malamku jadi melarat

meski hatiku juga hampir sekarat

Kau ada, Aku tamam.

Karena tidak selalu angsa bertemu dengan angsa

Kadang angsa bertemu dengan burung gereja

Berwarna cokelat standar, bahkan kurang dari biasa

Namun berpikir dirinya istimewa

Meski dongkol sudah dilerai

Tapi teronggok sudah rindu

Gugur terbujur ungu

Apabila cintaku memiliki pekerjaan, dia adalah penjaga makam

yang hanya mampu menyaksikan jasad dikubur dan mencenungkan jiwa-jiwa yang bersemayam

Kemanakah cita-citanya menjadi nahkoda yang mengarungi lautan dan benua berbeda-beda?

Sesal tak harus disesali

biarkan dia sampai ahli

Cinta tak harus mencintai

biarkanlah dia mengasihi

Ketika esok hari berganti tanpa aku di sini

Aku harap bahagiamu tak ada yang tercuri

Karena aku akan selalu ada di sini

Aku tidak pernah benar-benar pergi

Beranglah hingga kandas namun cintai sampai tuntas

Tangisi hingga gersang lalu tertawalah sampai sumbang

Besok peluk tak akan selalu bisa terlaksana

Besok cumbu tak akan selalu bisa turut serta

Besok maaf tak akan selalu bisa kupinta

Karena besok tak akan selalu ada

Mereka pikir mereka paling waras

Tapi bukankah mengurusi orang edan adalah sebuah absurditas?

Sendiri

Berbisik pada malaikat untuk cepat mati

Denganmu

Kuminta mati jangan sampai mendatangi

Semoga dikutuk kau lahir kembali jadi anjing!

Hidup di tong sampah mengais sisa makanan mendengarkan pengemis saling bergunjing

Semoga dikutuk kau lahir kembali jalang hitam!

Duduk

memandang burung yang asing

mendengar teman kerja yang bising

Jemu akan giat yang sebanding, damba yang menempel di dinding dan jemuran yang belum kering

Hendakku jadi pahlawan

yang tenggelam di lautan

Supaya kau turut mengingat namaku meski hanya dalam buku pengetahuan

Sedetik memaut bibirmu sediakan kedaulatan

Begitulah rindu berkata-kata

Mengintip kekasihnya melalui mimpi tak berwarna

lalu bernyanyi melalui lamunan berjendela

Begitulah rindu bersabda

Dan setiap kau mengurai rambutmu, sang bulan bersimpuh di kaki pohon kelapa

…

Eloknya hatimu, oh hatimu, mampu menyuling sungai menjadi air nirmala

Dan setiap kau mencampakkan pandanganmu, aku dibinasakan oleh sepasang mata